15% Pekerja Indonesia Alami Stres: Apa Penyebab dan Solusinya?

Dalam dunia kerja modern yang serba cepat dan kompetitif, stres di tempat kerja menjadi isu yang semakin mengemuka. Baru-baru ini, laporan State of the Global Workplace: 2025 Report yang dirilis oleh Gallup mengungkap bahwa 15% pekerja di Indonesia mengalami stres di tempat kerja setiap hari (detik.com, 2025). Angka ini menunjukkan bahwa tekanan pekerjaan bukan sekadar fenomena individual, melainkan masalah kolektif yang patut mendapat perhatian lebih dari perusahaan, manajemen, maupun individu. Lantas, apa saja penyebab utama stres di tempat kerja? Bagaimana cara mengatasinya secara efektif agar tidak berdampak buruk pada produktivitas dan kesehatan mental?

Mengapa Stres di Tempat Kerja Bisa Terjadi?

Stres kerja terjadi ketika tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan individu dalam mengelola tekanan secara sehat. Kondisi ini bukan hanya membuat seseorang merasa tidak nyaman, tetapi juga dapat menurunkan performa, meningkatkan risiko burnout, hingga berpengaruh pada relasi sosial.

Dikutip dari detik.com (2025), hasil riset Gallup menyebut bahwa tingkat stres harian pekerja Indonesia masih lebih rendah dibanding rata-rata global (41%), namun tetap perlu diwaspadai karena berbagai faktor lokal bisa memicu tekanan emosional yang cukup besar. Berikut beberapa penyebab umum stres kerja yang dialami pekerja di Indonesia:

1. Beban Kerja Berlebihan

Banyak pekerja menghadapi tuntutan tugas yang tidak sebanding dengan sumber daya atau waktu yang tersedia. Deadline yang menumpuk, pekerjaan di luar jam kerja, hingga multitasking yang terus-menerus menyebabkan tubuh dan pikiran bekerja tanpa cukup waktu pemulihan.

2. Kurangnya Dukungan dari Atasan

Manajemen yang kurang suportif sering menjadi sumber stres tersendiri. Karyawan yang merasa tidak didengar, dihargai, atau tidak mendapat arahan yang jelas cenderung mengalami tekanan psikologis lebih tinggi. Gaya kepemimpinan yang terlalu otoriter atau tidak komunikatif memperparah situasi.

3. Ketidakjelasan Peran

Karyawan yang tidak memahami perannya dengan jelas atau memiliki deskripsi pekerjaan yang ambigu akan lebih mudah merasa bingung, frustasi, dan cemas. Hal ini sering terjadi di organisasi yang kurang menerapkan struktur kerja yang transparan.

4. Ketidakseimbangan Kehidupan dan Kerja (Work-Life Balance)

Jam kerja panjang, minimnya waktu istirahat, dan tuntutan untuk selalu "tersambung" dengan pekerjaan membuat batas antara kehidupan pribadi dan profesional menjadi kabur. Akibatnya, pekerja tidak memiliki ruang yang cukup untuk rehat mental dan fisik.

5. Budaya Kerja yang Kurang Sehat

Lingkungan kerja yang kompetitif secara tidak sehat, adanya praktik diskriminasi, atau hubungan antar karyawan yang toksik juga bisa menjadi pemicu stres yang besar.

Dampak Stres Kerja terhadap Karyawan dan Perusahaan

Stres kerja bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Beberapa dampak negatif yang umum terjadi antara lain:

  1. Penurunan produktivitas dan motivasi kerja
  2. Tingkat absensi dan pergantian karyawan yang tinggi
  3. Penurunan kualitas kerja dan kesalahan dalam proses
  4. Risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, hingga burnout

Organisasi yang tidak menangani stres kerja dengan serius bisa kehilangan talenta terbaik dan menghadapi beban biaya lebih besar akibat menurunnya kinerja tim.

Solusi Mengatasi Stres di Tempat Kerja

Dari sisi individu, mengelola stres dapat dimulai dengan mengatur waktu dan beban kerja secara realistis. Teknik manajemen waktu seperti to-do list, metode Eisenhower Matrix, atau teknik Pomodoro dapat membantu menyusun prioritas dan mencegah kelelahan mental. Penting juga untuk berani mengatakan tidak terhadap tugas tambahan yang tidak mendesak, dengan tetap menjaga komunikasi profesional. Praktik relaksasi seperti mindfulness, meditasi ringan, atau sekadar berjalan santai juga terbukti membantu menurunkan tingkat stres harian (Frontiers, 2021). Selain itu, menjaga kesehatan fisik melalui tidur cukup, makan bergizi, dan olahraga rutin akan meningkatkan ketahanan tubuh dan suasana hati. Jika stres terasa berat, mencari dukungan emosional dari teman, keluarga, atau konselor profesional merupakan langkah yang bijak.

Sementara itu, dari sisi perusahaan, menciptakan lingkungan kerja yang suportif menjadi kunci utama dalam mengurangi tingkat stres karyawan. Pimpinan yang aktif mendengarkan, memberikan arahan yang jelas, serta memberi umpan balik positif dapat menciptakan rasa aman psikologis di tempat kerja. Menyediakan program kesejahteraan seperti konseling atau seminar kesehatan mental akan sangat membantu karyawan dalam mengelola tekanan kerja. Perusahaan juga sebaiknya mengevaluasi beban kerja agar tetap seimbang dan realistis, serta memberikan fleksibilitas kerja bila memungkinkan. Budaya kerja yang positif, menekankan kolaborasi, keterbukaan, dan saling menghargai, yang akan mendorong karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk bekerja secara berkelanjutan.

Stres Kerja Bukan Hal Sepele

Data Gallup yang menunjukkan 15% pekerja Indonesia mengalami stres di tempat kerja adalah peringatan penting bahwa isu kesehatan mental di dunia kerja tidak boleh diabaikan. Baik dari sisi individu maupun organisasi, perlu ada langkah nyata untuk mencegah dan mengelola stres sebelum berdampak lebih luas. Sudah saatnya kita bersama-sama membangun budaya kerja yang lebih sehat, manusiawi, dan berkelanjutan dimulai dari kesadaran, hingga aksi nyata setiap harinya.

 

Informasi lebih lanjut:

Aqilla Sekar Ningrum Prastyo

Corporate Communication

PT Mitra Utama Madani

corcom@mum.co.id

www.mum.co.id